Bangga menjadi Anak Indonesia
1. Empat Pelajar Situbondo Berprestasi Go Internasional
Situbondo - Empat pelajar setingkat
SMA di Situbondo sukses menorehkan prestasi gemilang. Keempatnya bakal
go internasional setelah memenangi even pelajar tingkat nasional.
Tiga
siswi SMAN 1 Situbondo, yakni Maria Kristiani, Fatimatuz Zahra dan
Paesita Aliefas, mewakili Indonesia di ajang olimpiade tingkat Asean
dalam bidang karya ilmiah.
Satu pelajar lagi, yakni Siti Fatimah
ditunjuk mewakili Indonesia di ajang olimpiade Lomba Keterampilan Siswa
(LKS) tingkat dunia dalam bidang Bahasa Jerman. Kesempatan emas itu
diberikan Kemendikbud setelah siswi SMKN 1 Panji, itu tampil sebagai
juara ke-2 lomba Bahasa Jerman tingkat Nasional.
"Prestasi ini
tentu sangat membanggakan dan harus terus dipertahankan. Kami meminta
para siswi itu bisa membawa dan mengharumkan nama Indonesia, sekalagus
menjaga nama baik bangsa dan Kota Santri Situbondo," kata Bupati
Situbondo H Dadang Wigiarto, dalam pelepasan keempat siswi di Pendopo
Kabupaten, Senin (10/9/2012).
Kabid Dikmenum Dinas Pendidikan
Situbondo, Dwi Totok Irianto menuturkan, untuk Olimpiade LKS Bahasa
Jerman bakal dilangsungkan di Jerman dalam waktu dekat. Hanya saja,
jadwal pastinya masih menunggu ketentuan dari panitia olimpiade LKS
tingkat internasional.
"Juara satu sampai juara tiga yang berhak
ke tingkat internasional. Siti Fatimah adalah peraih juara dua. Ini juga
tak lepas dari peran besar guru pendampingnya Sandi Kurniawan," papar
Dwi Totok kepada detiksurabaya.com.
Sedangkan ketiga siswi yang
bakal mewakili Indonesia di tingkat Asean dalam bidang karya ilmiah,
setelah mereka memenangi lomba karya ilmiah yang dilaksanakan
Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Di tingkat Asean, ketiga siswi bakal
menyajikan karya ilmiah dengan tema 'Asean Youth As The Pioneer As To
Bring Asean Nations Into Unity atau Pemuda Asean sebagai pelopor untuk
membawa Asean ke Negara Kesatuan'.
"Untuk yang karya ilmiah tingkat Asean ini, tempat pelaksanaan lombanya
ada tiga kemungkinan antara di Jakarta, Bangkok, atau Singapura. Kami
masih menunggu kontak lebih lanjut dari panitia di RSBI RSMA
Kemendikbud," tukas Dwi Totok.
Hanya saja karantina berprestasi
itu dilakukan bersamaan mulai pertengahan bulan ini di Jakarta. Karena
itu, sesuai rencana keempat siswi berprestasi asal Situbondo itu akan
diberangkatkan ke Jakarta pada Rabu (12/10/2012) besok lusa.
"Mereka bersaing dan lolos di tingkat nasional, tentu setelah berprestasi di tingkat Jawa Timur," pungkas Dwi Totok.
2.Barangkali kini sering terdengar berita tentang keberhasilan
anak-anak Indonesia memenangi olimpiade internasional di berbagai bidang
keilmuan. Setiap tahun putra-putri terbaik bangsa ini menyumbangkan
medali, mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia, bahkan mengalahkan
negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang. Siapakah para pemenang
itu? Apakah mereka orang-orang berkacamata tak berambut yang pendiam dan
setiap harinya berteman buku-buku setebal bantal?
Ternyata bukan. Anak-anak berprestasi itu bukan lah kutubuku-kutubuku
yang selalu menghabiskan waktunya melahap ilmu-ilmu aneh bin ajaib
hingga rambut mereka rontok. Bukan juga para pendiam yang tak pernah
bermain dengan rekan sebayanya atau anak-anak yang menghabiskan masa
kecilnya di laboratorium. Nyatanya, mereka remaja sepertimu, yang juga
kerap bermain Dotta, update status di Facebook, atau nge-tweet di
Twitter. Nyatanya, mereka adalah anak-anak yang juga suka bermain bola,
sering bercanda dengan rekan sebaya, dan bahkan merasakan enaknya jatuh
cinta seperti remaja pada umumnya.
Lalu, bagaimana mereka bisa mendapatkan medali internasional
sedangkan yang lainnya tidak (dan jumlahnya jauh lebih banyak)? Banyak
jawabannya. Salah satunya adalah karena mereka memahami jalan seperti
apa yang akan mereka tempuh menuju medali yang mereka idamkan. Karena
itulah Tim Olimpiade Padmanaba mempersembahkan tulisan ini buat kamu
yang ingin mengetahui lebih detail jalan seperti apa sih yang kini
membentang antara dirimu dan calon medalimu.
Jalan menuju Olimpiade Sains Internasional (OSI) memang cukup
panjang, seperti kata pepatah Cina, jarak seribu mil diawali dari
langkah pertama. Seleksi dimulai dari tingkat Kabupaten/Kota atau yang
biasa dikenal sebagai Olimpiade Sains Kota (OSK). Sampai saat ini, ada
delapan bidang yang dilombakan untuk tingkat SMA, yaitu Matematika,
Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Komputer, Kebumian, dan Ekonomi.
Bidang mana pun yang kamu pilih, seperti para calon juara lainnya, kamu
harus memulai di OSK yang biasanya diselenggarakan sekitar bulan
April/Mei.
Jika berhasil lolos dari OSK, kamu harus menghadapi rintangan
selanjutnya, yaitu Olimpiade Sains Tingkat Provinsi (OSP) yang biasanya
diselenggarakan pada bulan Juni. Di sini, bukan hanya teman-teman satu
provinsi yang akan kamu hadapi, tapi juga pelajar-pelajar dari seluruh
Indonesia. Biasanya, sebelum tes, pihak Dinas Pendidikan Provinsi akan
terlebih dahulu memberikan pembinaan materi. Hasil tesmu akan dinilai
dan dibandingkan dengan hasil para peserta lain dari seluruh Indonesia.
Banyak yang bilang, justru di sini lah salah satu tahapan terberat dalam
keseluruhan sistem seleksi yang panjang ini, entah benar atau tidak.
Kemudian, sekitar 100 pelajar terbaik per bidang studi akan diundang
untuk mengikuti kompetisi sains terbesar di Indonesia, Olimpiade Sains
Nasional (OSN). OSN sudah diselenggarakan sejak tahun 2002 dan dari
sistem kompetisi ini lah terahir puluhan pelajar-pelajar berprestasi
yang nantinya akan mewakili negeri kita tercinta. Setiap tahunnya, OSN
diselenggarakan di kota yang berbeda. Artinya, jika kamu lolos, bonus
yang akan kamu dapatkan adalah bisa jalan-jalan di kota besar Indonesia
seperti Balikpapan (2003), Pekanbaru (2004), Jakarta (2005 dan 2009),
Semarang (2006), Surabaya (2007), Makassar (2008), Medan (2010), dan
Manado (2011). Selain itu, kamu bakal bertemu dengan ratusan pelajar
terbaik di Indonesia yang pastinya akan menambah daftar teman di
jejaring sosialmu. Di sinilah para calon juara ini diasah.
Di akhir OSN, tiga puluh peserta terbaik per bidang studi akan
dianugerahi medali. Lima peserta terbaik mendapat medali emas, sepuluh
peserta berikutnya mendapat medali perak, dan lima belas yang lain
mendapat medali perunggu. Umumnya, ketiga puluh peraih medali ini berhak
mengikuti pelatihan nasional (pelatnas) untuk mengikuti seleksi lebih
lanjut. Setelah beberapa kali pelatnas (tergantung bidang) selama
berbulan-bulan, baru kemudian terpilih “tim nasional” yang akan
mengikuti OSI, di mana tim nasional Indonesia harus bersaing dengan
puluhan negara lain di pentas dunia, memperebutkan medali,
mempertaruhkan jati diri.
Wuih, jalan yang panjang memang dan tidak mudah untuk mencapainya.
Lalu apa? Apakah setelah mendapat medali internasional jalan yang sudah
susah payah kamu tempuh berakhir begitu saja? Jangan salah! Medali
olimpiade internasional akan memuluskan langkahmu untuk masuk ke
perguruan tinggi terbaik, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di
seluruh dunia seperti NTU, NUS, bahkan MIT. Jangan kaget jika nanti di
acara penutupan olimpiade seorang profesor berkacamata mendekatimu dan
menawarimu untuk bersekolah di institusinya!
Dan jangan lagi khawatirkan biaya kuliahmu! Karena Dikti sudah
menjanjikan beasiswa bagi para peraih medali yaitu: beasiswa S1 untuk
medali perunggu, beasiswa hingga S2 untuk medali perak, dan beasiswa
hingga S3 untuk medali emas! Bagusnya lagi, beasiswamu tidak akan
dikurangi di penjuru Bumi mana pun kamu melanjutkan studi, bahkan di
kampus-kampus yang biayanya selangit!
Tunggu apa lagi? Lekas persiapkan dirimu dengan baik! Jadwal OSK
selanjutnya sudah dekat! Mulailah menapaki jalan yang panjang itu
perlahan-lahan karena satu langkah kecilmu yang terus-menerus akan
membawamu keliling dunia.
Semoga berhasil!
3. Pelajar Indonesia borong medali emas
Indonesia menyabet gelar juara umum dalam ajang 1st International Science Project Olympiad(ISPro) dengan memborong 15 medali penghargaan. International Science Project Olympiad (ISPrO) merupakan kerjasama Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah (Ditjendikmen) Kemdikbud bersama Pacific Countries Social And Economic Solidarity Asociation Indonesia (PASIAD).
Olimpiade karya penelitian ilmiah ini diikuti oleh 24 negara dengan total 270 peserta yang tergabung dalam 90 tim proyek. Mereka akan memperlombakan riset ilmiah di bidang Kimia, Fisika, dan Biologi. ISPro bertujuan membangun tradisi riset berdasarkan proyek. Dalam ajang Internasional ini, Indonesia diwakili peserta yang telah lulus seleksi dari Indonesian Science Project Olympiad (ISPO).
Medali emas ISPrO di bidang kimia dipersembahkan oleh pasangan Angela Lois Iskandar & Regina Palma Pranata serta pasangan Vania Erriza & Shafira Raudya Aidina. Medali Emas Bidang Fisika diraih pasangan Jeni Purnamawati & Queen Votka Rosady serta Jeffry Wicaksana & Sheren Devina Soenario. Di bidang Biologi, medali emas diraih pasangan Allice Fajri & Primananda Rahmalida, serta Amelia Nugrahaningrum & Krisnanto Wibowo.
Harapannya, ajang ini dapat menjadi momentum kolaborasi para calon peneliti muda dari berbagai negara yang hasil penelitiannya dapat bermanfaat bagi dunia. “Kami ingin siswa menyuarakan perlindungan kepada bumi, pemanfaatan daya alam yang berkelanjutan, serta gaya hidup ramah lingkungan,” ungkap Dirjen Dikmen Kemendikbud Hamid Muhammad.
Sementara, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI M. Nuh, mengapresiasi ajang ISPrO ini yang dinilai memiliki nilai akademis tinggi dengan pendekatan sainstifik yang sejalan dengan Kurikulum 2013. ”Saat ini Indonesia kekurangan tenaga periset. Jumlah doktor yang ada hanya mencapai 25.000 orang. Karena itu, pemerintah akan memberikan beasiswa kepada pemenang hingga strata tiga (S-3),” Ujar Mendikbud M. Nuh dalam penutupan ISPrO 2013 di Plaza Insan Berprestasi.
4. Lima Siswa Ukir Prestasi Dunia
Dalam Olimpiade Matematika Internasional WMI di Seoul
PAMEKASAN-Siswa-siswi terbaik kembali mengukir prestasi dan mengharumkan nama Pamekasan di ajang internasional. Sebanyak 5 siswa berhasil menunjukkan kemampuannya di ajang olimpiade matematika internasional World Mathematics Invitational (WMI) yang berlangsung di Seoul, Korea Selatan, pada 14-18 Agustus 2013 lalu. Kelima siswa tersebut berhasil membawa pulang medali perunggu dari 10 medali perunggu yang dibawa pulang kontingen Indonesia.
Kelimanya adalah Beauty Valen Fajri, Bintang Alethea Nagara dari SDN Lawangan Daya 2 Pamekasan, Prima Sultan Hudiyanto dan Muhammad Salman Al Farisi siswa SMPN 2 Pamekasan dan Moh. Amiril Haq dari MTs Unggulan Bustanul Ulum Waru Pamekasan.
Kepala Dinas Pendidikan
Jawa Timur, hadir langsung menyambut kedatangan pahlawan Indonesia
tersebut di Bandara Internasional Juanda, Surabaya, Selasa (20/8). Dalam
sambutannya, Harun, menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang
setinggi-tingginya atas perjuangan siswa yang membawa harum nama Indonesia, khususnya Jawa Timur di mata internasional.
”Ini prestasi luar biasa,” tuturnya.
Pihaknya meminta, Pemkab Pamekasan memperhatikan prestasi siswa dengan memberi kebebasan kepada mereka dalam memilih sekolah lanjutan. Salah seorang siswa
berprestasi, Prima Sultan Hudiyanto mengatakan, pesaing pada olimpiade
ini cukup berat. Dirinya bersyukur meski hanya bisa membawa pulang
medali perunggu. ”Lawan-lawannya sangat berat. Apalagi, bahasa yang
digunakan memakai Bahasa Inggris, berbeda dengan tuan rumah dan tim Cina
yang mengerjakan soal dalam bahasanya sendiri sesuai aturan yang telah
ditetapkan tuan rumah penyelenggara pada even ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Ahmad Faizal-Erick- sapaan akrabnya, selaku Team Leader pada olimpiade itu sekaligus Pimpinan Klinik Pendidikan
Gerbang Salam Erick Institute (EI) Indonesia, tempat mereka dibimbing,
membenarkan jika pada kompetisi tersebut lawan yang dihadapi cukup
berat. Dijelaskan, tim dari USA saja hanya membawa pulang 2 medali
perunggu, sementara medali emas dan perak berhasil diborong tuan rumah
Korea Selatan, Taiwan dan Hongkong.
Menurutnya, dalam kompetisi itu diikuti sekitar 700 peserta dari 12
negara. Di antaranya, USA, Cina, Hongkong, Taiwan, Malaysia, Nigeria,
Indonesia, Korea Selatan dan beberapa negara bagian.
Sementara untuk menjadi peserta, harus melalui seleksi tahapan yang cukup ketat. Seleksi dilaksanakan secara nasional. Dalam seleksi tahap 1, calon peserta harus memenuhi beberapa kriteria. Di antaranya, harus pernah juara 1-5 olimpiade matematika level kabupaten atau juara OSN/KSM tingkat kabupaten.
Berikutnya, seleksi tahap 2 hanya bisa diikuti oleh siswa juara 1-5 olimpiade matematika di level provinsi atau juara OSN/KSM tingkat provinsi. Sedangkan seleksi tahap 3 hanya bisa diikuti oleh siswa juara 1-5 olimpiade matematika level nasional atau peserta dan juara OSN/KSM tingkat nasional.
Dari prestasi ini, Harun, kepala Dinas Pendidikan
Provinsi Jawa Timur, memberi kepercayaan kepada Faizal dan Tim Erick
Institute untuk melatih dan membina anak-anak peserta OSN nasional
bidang matematika tahun 2014 mendatang dari level SD, SMP dan SMA.
Selaku pimpinan lembaga, Erick menyambut baik dan siap melaksanakan amanah ini sebagai wujud kepedulian terhadap dunia pendidikan Jawa Timur khususnya Pamekasan.
”Semoga di olimpiade matematika internasional 2014 di Taiwan, bisa
membawa pulang medali emas sesuai harapan kita semua,” ungkap Erick
penuh harap.
0 komentar:
Posting Komentar